BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Selama
hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju
pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para
ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin,
yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat
mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada
setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data
statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan
dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang
membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam
kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui,
berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga
sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan
pendapatan nasional.
Mengingat
konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi
nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak
boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan
output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan
demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu
distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan
pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan
manajemen.
Indonesia sebagai
Negara berkembang tentunya sangat mendambakan pertumbuhan ekonomi yang pesat
untuk menambah kesejahteraan masyarakatnya dan untuk mensejajarkan dirinya
dengan Negara maju. Maka dari itu disini kita akan membahas kondisi pertumbuhan
ekonomi yang dialami Indonesia pada awal tahun 2012 ini.
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana
cara memajukan dan menyejahterakan masyarakat? Salah satu caranya adalah dengan
menumbuhkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dewasa ini sudah
menjadi salah satu tolok ukur kemajuan negara
tersebut.
Perumusan masalah yang digunakan adalah:
1. Sebenarnya
apa dan bagaimana seluk-beluk pertumbuhan ekonomi?
2.
Bagaimana analisis pertumbuhan ekonomi
yang dicapai Indonesia pada periode 2012?
C. TUJUAN
PENULISAN
Tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
definisi dan teori-teori pertumbuhan ekonomi.
2. Mengetahui
pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia pada periode 2012.
3. Mengetahui
keunggulan dan kekurangan dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
D. MANFAAT
PENULISAN
1.
Bagi Penulis
Manfaat
yang diperoleh dengan adanya penulisan makalah ini adalah:
a. Sebagai
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
b. Dapat
mengetahui teori pertumbuhan ekonomi dan bagaimana pertumbuhan ekonomi yang
dicapai oleh Indonesia.
2.
Bagi Pembaca
Manfaat
yang diperoleh dengan adanya penulisan makalah ini adalah:
a. Dapat
mengetahui teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi.
b. Mengetahui
analisis mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia
E.
LANDASAN TEORI
Pengertian
pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi.Dalam makalah
pertumbuhan ekonomi ini,penulis ingin menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi
hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih
menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada
tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Indikator
yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi:
a. Tingkat
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
b. Tingkat
Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam
zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang
berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations,
menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi
klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah
perkembangan ekonomi .
1. Teori Inovasi Schum Peter
Pada
teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak
pertumbuhan ekonomi kapitalilstik. Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
2. Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori
ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor
produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan
dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi
yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu
angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
3. Model
Input-Output Leontief.
Model
ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri.
Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat
dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran
input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien
input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
4. Model Pertumbuhan Lewis
Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara sedang
berkembang banyak (padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada
perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis
industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
5. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model
ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahap-tahap pertumbuhan ekonomi serta
ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat
tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap
gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsumsi tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN KENAIKAN PRODUKTIVITAS
Sementara
negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak seperti Indonesia hidup pada
taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia,
Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah. Pertambahan
penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan
Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan
produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah
barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan
keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan
Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang
berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang
akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang
mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber
alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
B. FAKTOR
PENGGERAK PERTUMBUHAN EKONOMI
Dua hal
esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama
sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh
ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang
efisien. Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau
elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
1. Faktor
Sumber Daya Manusia
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
2. Faktor
Sumber Daya Alam
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan
dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor
Budaya
Faktor
budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan,
faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan
tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya
sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber
Daya Modal
Sumber
daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
C.
STRATEGI
PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Industrialisasi
Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan
pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif
menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan,
saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan
produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan
tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang
sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor
industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan
atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan
pendapatan di sektor tersebut.
2. Strategi
Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi
industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun
industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif
kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan
ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi
dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya
dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional.
Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja
keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
3. Perlunya
Disertivikasi
Usaha mengadakan
disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan
upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.
D. ASPEK HUBUNGAN
EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Perluasan Perdagangan
Negara-negara
maju telah berkembang merupakan sumber atau pensuplai barang-barang kapital. Di
samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup besar yang membeli
ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan mentah, ataupun barang-barang
manufaktur oleh negara-negara sedang berkembang. Penurunan harga di pasar dunia
akan bahan-bahan mentah produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama
seperti halnya turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran
internasional.
2. Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing
Aliran
kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah
maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha
pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di
sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan
juga di sektor manufacturing. Swasta asing yang melakukan investasi umumnya
merupakan perusahaan besar multinasional.
3. Bantuan
Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman
Bantuan
asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan
internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang
diberikan oleh US-AID (United State Agency for International Development),
suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika Serikat, atau dari
badan-badan luar negeri yang serupa dari negara-negara maju telah berkembang
lainnya.
D. ANALISIS
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
I. NILAI PDB MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN I-2011,
TRIWULAN IV-2011, DAN TRIWULAN I-2012
PDB atas dasar harga berlaku pada
triwulan I-2011 mencapai Rp1.750,9 triliun, kemudian pada triwulan IV-2011
meningkat menjadi Rp1.921,6 triliun dan pada triwulan I-2012 meningkat lagi
menjadi Rp1.972,4 triliun. Demikian pula PDB atas harga konstan 2000 triwulan
I-2011 adalah sebesar Rp595,2 triliun kemudian triwulan IV-2011 meningkat
menjadi Rp624,0 triliun dan pada triwulan I-2012 meningkat lagi menjadi Rp632,8
triliun.
Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi
yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan I-2012 adalah
Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp465,8 triliun, kemudian Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp300,2 triliun, disusul oleh
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp266,5 triliun, Sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp251,0 triliun, Sektor Jasa-jasa sebesar
Rp202,0 triliun, Sektor Konstruksi sebesar Rp198,5 triliun, Sektor Keuangan,
Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp143,4 triliun, dan Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp130,2 triliun, serta terakhir Sektor
Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp14,8 triliun.
Pada perhitungan atas dasar harga
konstan 2000, kesembilan sektor di atas memberikan nilai tambah bruto
berturut-turut yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp160,6 triliun, Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp112,0 triliun, Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan Rp82,1 triliun, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Rp63,9 triliun, Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp61,6
triliun, Sektor Jasa-jasa Rp59,1 triliun, Sektor Pertambangan dan Penggalian
Rp48,2 triliun, Sektor Konstruksi Rp40,5 triliun dan Sektor Listrik, Gas, dan
Air Bersih Rp4,8 triliun.
Tabel 1
|
||||||||||
PDB
Menurut Lapangan Usaha
|
||||||||||
Atas
Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
|
||||||||||
(triliun
rupiah)
|
||||||||||
Lapangan Usaha
|
Harga Berlaku
|
Harga Konstan 2000
|
||||||||
Triw I-2011
|
Triw IV-2011
|
Triw I-2012
|
Triw I-2011
|
Triw IV-2011
|
Triw I-2012
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
||||
1.
|
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
|
274,8
|
241,8
|
300,2
|
79,0
|
67,9
|
82,1
|
|||
208,8
|
239,9
|
251,0
|
46,9
|
47,9
|
48,2
|
|||||
2.
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
|||||||||
422,7
|
470,6
|
465,8
|
152,0
|
163,9
|
160,6
|
|||||
3.
|
Industri
Pengolahan
|
|||||||||
13,1
|
14,6
|
14,8
|
4,5
|
4,9
|
4,8
|
|||||
4.
|
Listrik,
Gas, dan Air Bersih
|
|||||||||
173,8
|
204,3
|
198,5
|
37,8
|
42,2
|
40,5
|
|||||
5.
|
Konstruksi
|
|||||||||
237,5
|
268,2
|
266,5
|
103,2
|
114,1
|
112,0
|
|||||
6.
|
Perdagangan,
Hotel dan Restoran
|
|||||||||
116,9
|
129,3
|
130,2
|
57,9
|
63,0
|
63,9
|
|||||
7.
|
Pengangkutan
dan Komunikasi
|
|||||||||
8.
|
Keuangan,
Real Estat, dan Jasa Perusahaan
|
128,7
|
139,0
|
143,4
|
57,9
|
60,2
|
61,6
|
|||
9.
|
Jasa-Jasa
|
174,6
|
213,9
|
202,0
|
56,0
|
59,9
|
59,1
|
|||
PDB
|
1 750,9
|
1 921,6
|
1 972,4
|
595,2
|
624,0
|
632,8
|
||||
PDB Tanpa Migas
|
1 603,9
|
1 765,5
|
1 807,9
|
560,1
|
589,1
|
597,8
|
II.
PERTUMBUHAN
EKONOMI TRIWULAN I-2012
Perekonomian Indonesia pada triwulan
I-2012 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), yang
digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan
sebesar 1,4 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (20,9 persen), Sektor Keuangan, Real
Estat, dan Jasa Perusahaan (2,3 persen), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
(1,3 persen), dan Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,7 persen).
Sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Jasa-Jasa (turun 1,3
persen), Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (turun 1,5 persen), Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (turun 1,8 persen), Sektor Industri Pengolahan
(turun 2,0 persen), dan Sektor Konstruksi (turun 4,1 persen).
Sektor Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan pada triwulan I-2012 meningkat tajam 20,9
persen terhadap triwulan IV-2011, sebagai refleksi dari mulai adanya musim
panen tanaman padi, dengan kenaikan Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar
61,0 persen. Subsektor Pertanian lainnya mengalami penurunan masing-masing
sebesar 17,7 persen untuk Subsektor Kehutanan, 16,0 persen untuk Subsektor
Tanaman Perkebunan, 3,1 persen Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan 2,1
persen untuk Subsektor Perikanan.
Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan (q-to-q) tumbuh sebesar 2,3 persen. Peningkatan di Sektor
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tersebut terutama ditunjang oleh
Subsektor Bank yang tumbuh sebesar 4,8 persen.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (q-to-q)
tumbuh sebesar 1,3 persen, dimana penyumbang terbesar ditunjang oleh Subsektor
Komunikasi yang tumbuh sebesar 2,1 persen.
Sektor Pertambangan dan Penggalian (q-to-q)
tumbuh sebesar 0,7 persen. Peningkatan di Sektor Pertambangan dan Penggalian
tersebut terutama ditunjang oleh Subsektor Pertambangan Bukan Migas yang tumbuh
sebesar 3,8 persen.
PDB Tanpa Migas secara
berantai (q-to-q) triwulan I-2012 dibandingkan triwulan IV-2011 tumbuh
sebesar 1,5 persen. Sementara bila triwulan I-2012 dibanding triwulan yang sama
tahun sebelumnya (y-on-y) tumbuh sebesar 6,7 persen.
Tabel 2
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan
Usaha
(persen)
Triwulan I-2012
|
Triwulan I-2012
|
Sumber
|
|||
Pertumbuhan
|
|||||
Lapangan Usaha
|
terhadap
|
terhadap
|
|||
Triwulan I-2012
|
|||||
Triwulan IV-2011
|
Triwulan I-2011
|
||||
(y-on-y)
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
||
1.
|
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
|
20,9
|
3,9
|
0,5
|
|
2.
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
0,7
|
2,9
|
0,2
|
|
3.
|
Industri
Pengolahan
|
-2,0
|
5,7
|
1,4
|
|
4.
|
Listrik,
Gas, dan Air Bersih
|
-1,5
|
6,1
|
0,1
|
|
5.
|
Konstruksi
|
-4,1
|
7,3
|
0,5
|
|
6.
|
Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
|
-1,8
|
8,5
|
1,5
|
|
7.
|
Pengangkutan
dan Komunikasi
|
1,3
|
10,3
|
1,0
|
|
8.
|
Keuangan,
Real Estat, dan Jasa Perusahaan
|
2,3
|
6,3
|
0,6
|
|
9.
|
Jasa-Jasa
|
-1,3
|
5,5
|
0,5
|
|
PDB
|
1,4
|
6,3
|
6,3
|
||
PDB Tanpa Migas
|
1,5
|
6,7
|
III. STRUKTUR PDB MENURUT LAPANGAN USAHA
TRIWULAN I-2012
Pada Triwulan I-2012,
sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan
yaitu sebesar 23,6 persen, diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan sebesar 15,2 persen, Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran sebesar 13,5 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 12,7
persen, dan Sektor Jasa-jasa sebesar 10,2 persen, serta Sektor Konstruksi
sebesar 10,1 persen. Secara keseluruhan keenam sektor tersebut mempunyai andil
peranan sebesar 85,3 persen dalam PDB. Sedangkan tiga sektor lainnya mempunyai
andil masing-masing kurang dari 10 persen. Sementara itu peranan seluruh sektor
ekonomi tanpa migas pada triwulan I-2012 sebesar 91,7 persen.
Sektor Pertambangan dan
Penggalian, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, dan Sektor
Jasa-jasa mengalami kenaikan peranan pada triwulan I-2012 dibanding triwulan
I-2011, sedangkan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Sektor
Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan mengalami penurunan. Bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan
Penggalian, dan Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan mengalami
peningkatan sedang sektor-sektor lainnya relatif turun. Dengan demikian, khusus
peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan I-2012 mengalami
peningkatan baik dibanding triwulan I-2011 ataupun triwulan IV-2011 (lihat
Tabel 3).
Tabel 3
|
|||||||||
Struktur
PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010–2011,
|
|||||||||
Triwulan
I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012
|
|||||||||
(persen)
|
|||||||||
Lapangan Usaha
|
2010
|
2011
|
2011
|
Triw I-2012
|
|||||
Triw
I
|
Triw IV
|
||||||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
||||
1.
|
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
|
15,3
|
14,7
|
15,7
|
12,6
|
15,2
|
|||
2.
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
11,1
|
11,9
|
11,9
|
12,5
|
12,7
|
|||
3.
|
Industri
Pengolahan
|
24,8
|
24,3
|
24,1
|
24,5
|
23,6
|
|||
4.
|
Listrik,
Gas, dan Air Bersih
|
0,8
|
0,8
|
0,7
|
0,8
|
0,8
|
|||
5.
|
Konstruksi
|
10,3
|
10,2
|
9,9
|
10,6
|
10,1
|
|||
6.
|
Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
|
13,7
|
13,8
|
13,6
|
14,0
|
13,5
|
|||
7.
|
Pengangkutan
dan Komunikasi
|
6,6
|
6,6
|
6,7
|
6,7
|
6,6
|
|||
8.
|
Keuangan,
Real Estat, dan Jasa Perusahaan
|
7,2
|
7,2
|
7,4
|
7,2
|
7,3
|
|||
9.
|
Jasa-Jasa
|
10,2
|
10,5
|
10,0
|
11,1
|
10,2
|
|||
PDB
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
||||
PDB Tanpa Migas
|
92,2
|
91,5
|
91,6
|
91,9
|
91,7
|
||||
IV.
|
PDB Menurut
Pengeluaran Triwulan I-2012
|
Ditinjau dari sisi pengeluaran atau
permintaan, PDB Indonesia terdiri dari berbagai komponen pengeluaran, yaitu
Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah, Komponen Investasi Fisik (PMTB dan Perubahan Inventori), serta
Komponen Ekspor dan Impor Barang dan Jasa.
Tabel 4
PDB menurut Pengeluaran
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun
rupiah)
Jenis Pengeluaran
|
Harga Berlaku
|
Harga Konstan 2000
|
|||||||
Triw I-2011
|
Triw IV-2011
|
Triw I-2012
|
Triw I-2011
|
Triw IV-2011
|
Triw I-2012
|
||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
|||
1.
|
Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga
|
964,4
|
1 063,1
|
1 085,1
|
334,6
|
349,5
|
351,2
|
||
2.
|
Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah
|
118,3
|
223,9
|
137,4
|
36,3
|
70,0
|
38,4
|
||
3.
|
Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB)
|
543,8
|
649,3
|
628,0
|
140,4
|
162,1
|
154,3
|
||
4.
|
Perubahan
Inventori+Diskrepansi Statistik
|
90,3
|
-19,4
|
120,7
|
22,7
|
-30,5
|
23,7
|
||
5.
|
Ekspor
Barang dan Jasa
|
441,9
|
511,7
|
489,4
|
280,0
|
325,3
|
301,9
|
||
6.
|
Dikurangi Impor Barang
dan Jasa
|
407,8
|
507,0
|
488,2
|
218,8
|
252,4
|
236,7
|
||
PDB
|
1 750,9
|
1 921,6
|
1 972,4
|
595,2
|
624,0
|
632,8
|
V. PROFIL SPASIAL PEREKONOMIAN
INDONESIA MENURUT KELOMPOK PROVINSI TRIWULAN I-2012
Struktur perekonomian
Indonesia secara spasial pada triwulan I-2012 masih didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar
57,5 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 persen, Pulau Kalimantan
9,8 persen, Pulau Sulawesi 4,5 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,4 persen, dan
kontribusi terkecil berasal kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni
sebesar 2,2 persen.
Provinsi-provinsi yang
memberikan sumbangan terbesar Di Pulau Jawa, adalah DKI Jakarta (16,2 persen),
Jawa Timur (14,7 persen), Jawa Barat (14,2 persen) dan Jawa Tengah (8,4
persen). Pada Pulau Sumatera, tiga provinsi penyumbang terbesar adalah Riau
(6,9 persen), Sumatera Utara (5,3 persen) dan Sumatera Selatan (3,0 persen).
Provinsi penyumbang
terbesar di Pulau Kalimantan adalah Kalimatan Timur sebesar 6,9 persen,
sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Pulau Sulawesi adalah Sulawesi
Selatan sebesar 2,2 persen.
Tabel 5
|
|||||||
Peranan
Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional
|
|||||||
(persen)
|
|||||||
Wilayah/Pulau
|
2010
|
2011
|
2011
|
Triw
I-
|
|||
Triw I
|
Triw
IV
|
2012
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
||
1.
|
Sumatera
|
23,1
|
23,5
|
23,5
|
23,6
|
23,6
|
|
2.
|
Jawa
|
58,1
|
57,6
|
57,9
|
57,5
|
57,5
|
|
3.
|
Bali
dan Nusa Tenggara
|
2,7
|
2,6
|
2,5
|
2,6
|
2,4
|
|
4.
|
Kalimantan
|
9,2
|
9,6
|
9,3
|
9,7
|
9,8
|
|
5.
|
Sulawesi
|
4,5
|
4,6
|
4,5
|
4,6
|
4,5
|
|
6.
|
Maluku
dan Papua
|
2,4
|
2,1
|
2,3
|
2,0
|
2,2
|
|
Total
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
100,0
|
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2012 masih tetap stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi
yang melanda Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Indonesia mengalami pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,3 persen. Indonesia akan mempertahankan angka
pertumbuhan 6,3 persen dengan mewaspadai adanya pelemahan ekspor dan
capital outflow pada tahun ini. Momentum pertumbuhan di Asia sedikit mengalami
penurunan, akibat krisis utang di Eropa, kenaikan harga minyak serta terganggunya
rantai distribusi akibat bencana di Jepang. Dibandingkan dengan banyak negara
lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak rendah. Bahkan ketika krisis keuangan
global yang menimpa hampir semua negara, sebagai akibat dari krisis kredit
perumahan (prime morgate loans) di Amerika, yang bermula pada tahun 2006 sampai
tahun 2009, ekonomi Indonesia tidak mengalami goncangan yang berarti. Kemampuan
untuk meredam akibat dari keuangan ini dapat terjadi berkat kebijakan makro
ekonomi yang hati-hati dan tepat, di samping kondisi keterbukaan yang memangnya
tidak sebesar negara-negara tetangga seperti Singapore dan Malaysia.
Sejauh ini kesimpulan umum
yang muncul adalah Asia relatif bisa mengatasi krisis, bahkan Asia, termasuk
Indonesia, berpotensi memakmurkan rakyat. Perbankan Asia sudah belajar dari
krisis 1997 dengan memperkuat modal sehingga relatif kuat menghadapi gejolak
ekonomi. Pemerintahan Asia juga punya dana cadangan untuk menolong pasar dalam
kasus terjadi pelarian investor. Sektor konsumsi domestik di negara-negara Asia
termasuk Indonesia, menjadi salah satu pengaman dalam menjaga ketahanan ekonomi
secara keseluruhan dan berlindung terhadap dampak krisis secara langsung. Tingkat
investasi swasta juga diperkirakan makin meningkat terutama bagi Indonesia dan
India karena saat ini Asia merupakan wilayah yang paling menjanjikan untuk
berinvestasi.
Namun, dengan pertumbuhan
yang diperkirakan masih stabil, lanjut dia, pemerintah patut mewaspadai
tingginya laju inflasi pada tahun depan. Laju inflasi dapat menjadi `potential
risk` dan patut diwaspadai. Untuk itu dibutuhkan kebijakan moneter yang tepat
dalam penentuan suku bunga dan mendukung pertumbuhan ekonomi, bagi Indonesia, potensi lain masih
tersedia seperti pembangunan wilayah dengan tujuan agar pembangunan tidak
timpang alias terfokus di satu wilayah seperti Pulau Jawa. Karena berkembangnya
pembangunan wilayah lain juga akan menghasilkan sumber permintaan baru. Inilah
sekelumit kesempatan pembangunan ekonomi, karena Asia dan Indonesia masih dalam
tahap awal pembangunan. Indonesia dan Asia belum berada pada titik jenuh
ekonomi, bahkan memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan ekonomi yang
pada akhirnya memakmurkan rakyat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relative
stabil ini masih menyisakan pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk melaksanakan
pemerataan pendapatan serja juga untuk melaksanakan pemerataan pembangunan.
SARAN
Pertumbuhan ekonomi yang pesat
dan stabil tentu bukan menjadi apa-apa jika tidak diimbangi dengan pemerataan
pendapatan dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Jadi alangkah baiknya jika
pemerintah juga sangat memperhatikan pemerataan pendapatan yang terjadi dewasa
ini.
Pemerataan pembangunan
infrastruktur Indonesia juga patut menjadi sorotan. Karena pembangunan
infrastruktur yang memadai akan membawa
daerah tersebut pada iklim ekonomi dan investasi yang menjanjikan. Saat ini,
pembangunan hanya terpusat di Pulau Jawa dan diikuti Pulau Sumatera.
Pulau-pulau besar seperti Sulawesi, Kalimantan, Papua masih jauh dari
infrastruktur yang memadai. Hal ini mungkin dapat menjadi masukan untuk
pemerintah supaya mengembangkan pemerataan infrastruktur untuk memaksimalkan
potensi pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Berita Resmi Statistik No.
31/05/Th. XV, 7 Mei 2012. 2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Anonymousa.
2011. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012
diperkirakan stabil, (Online), (http://www.pajak.go.id/content/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2012-diperkirakan-stabil,
diakses tanggal 31 mei 2012).
BPS.
2011. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
di Indonesia, (Online),
(http://jaktimkota.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=194:pertumbuhan-ekonomi-dan-kemiskinan-di-indonesia&catid=57:frontpage,
diakses tanggal 31 Mei 2012).
Saragih,
Simon & Marcus Suprihadi. 2012. Indonesia
Punya Potensi Besar Makmurkan Rakyat, (Online), (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/30/14593465/Indonesia.Punya.Potensi.Besar.Makmurkan.Rakyat,
diakses tanggal 31 Mei 2012).
Anonymousb.
2011. Makalah Pertumbuhan Ekonomi, (Online),
(http://fikhbosua.blogspot.com/2011/10/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html,
diakses tanggal 27 Mei 2012).
Ramdhani,
Pratama R. 2010. Contoh Makalah
Pertumbuhan Ekonomi, (Online), (http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/10/21/contoh-makalah-pertumbuhan-ekonomi/,
diakses tanggal 27 Mei 2012).
Anonymousc.
2011. Teori Pertumbuhan Ekonomi, (Online), (http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2011/12/makalah-ekonomi-teori-pertumbuhan.html,
diakses tanggal 27 Mei 2012).
Angrumningsi,
Risa. 2011. Tugas Makalah Perekonomian
Indonesia, (Online), (http://risnaangrum.wordpress.com/2011/04/05/tugas-makalah-perekonomian-indonesia/,
diakses tanggal 27 Mei 2012).
Anonymousd.
2009. Makalah Pertumbuhan Ekonomi, (Online),
(http://cafe-ekonomi.blogspot.com/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html, diakses
tanggal 27 Mei 2012).
No comments:
Post a Comment